Mencontek Massal

20.59 Edit This 0 Comments »
Oleh Ahmad Hudori
Suara Perubahan-KABAR tak sedap menimpa dunia pendidikan kita. Apalagi kalau bukan aksi kecurangan pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang selalu terulang setiap tahun. Kali ini siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gadel 2, Tandes Surabaya diberitakan melakukan aksi mencontek massal ketika UN tingkat SD berlangsung.

Oknum guru sekolah terlibat langsung di dalamnya. Guru secara terang-terangan membujuk AL (nama samaran), yang juga siswa terpandai di sekolah agar berkenan membuat contekan bagi teman lainnya.

Kasus ini patut disayangkan. Guru sekolah yang semestinya memberi bekal kejujuran pada anak didik justru mengajarkan tindakan tidak terpuji. Mencontek, apa pun alasannya berseberangan dengan nilai-nilai kejujuran yang pada zaman ini sudah semakin sulit ditemukan. Sekolah gagal menjadi benteng moral terakhir putra-putri Indonesia. Di sekolah mereka justru diajari berbohong.

Aksi mencontek massal bukan perkara baru. Hampir setiap UN, mencontek massal sudah lumrah terjadi. Hanya saja, tidak semuanya mencuat ke permukaan. Biasanya sudah ada semacam ”kesepakan gelap” antara guru dan pengawas untuk tidak terlalu ketat dalam mengawasi ujian.
Mencontek massal bisa muncul karena adanya ketakutan yang berlebihan, misalnya takut kalau siswa tidak lulus 100%. Sekolah lalu menempuh pelbagai cara yang dapat mencairkan ketakutan itu.

Ada satu hal yang belum bisa ditanamkan oleh sekolah, yakni kepercayaan diri. Kasus tersebut sebagai bukti baik sekolah maupun siswa belum memiliki kepercayaan diri yang memadai. Mereka masih ragu atas kemampuan diri sendiri. Di sinilah perlu ditegaskan lagi pentingnya kepercayaan diri. Bagimanapun sekolah berkewajiban membentuk manusia yang percaya diri, bukan sebaliknya. Semoga kasus tersebut menjadi pelajaran berharga betapa percaya diri dalam dunia pendidikan sangat penting ketimbang nilai-nilai ujian yang melangit, namun ditempuh dengan cara-cara tidak benar. Jum’at(10/6)

Prof. Dr.Ir Wani Hadi Utomo : Mengaktualisai Pancasila Dalam Kehidupan

20.39 Edit This 0 Comments »
MALANG- merebaknya konflik dan patologi sosial di tengah-tengah masyarakat tidak disebabkan oleh faktor yang tunggal. Penyebabnya bisa beragam dan berkelindan satu sama lain. Bisa karena lingkungan, karena sistem pendidikan yang salah, bisa juga karena pemahaman agama yang keliru. Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang. Terlepas dari kenapa dan bagaimana konflik dan patologi sosial terjadi di tengah-tengah masyarakat, menurut Wani dengan upaya untuk menghidupkan kembali semangat berpancasila di tengah-tengah masyarakat. Tapi apakah cara menghidupkannya dengan memasukkannya (kembali) ke dalam rikulum atau tidak, bukan masalah yang penting. Yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karenanya, yang kita butuhkan bukan anak-anak menghapal Pancasila, atau para guru dan dosen memahami Pancasila. Tak ada gunanya hapalan, tidak ada nilainya Pemahaman, jika tidak dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang di ungkapkan Rektor Unitri Prof. Dr.Ir Wani Hadi Utomo yang menjadi pembicara dalam seminar nasional Sabtu (11/6). Tanggal 1 Juni 1945 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kala itu bangsa Indonesia menentukan Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia menggunakan Pancasila karena satu-satunya dasar negara yang bisa mempersatukan bangsa. Untuk sampai pada tahap aktulisasi, langkah pertama yang diperlukan mungkin bukan menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran/mata kuliah. Tapi bagaimana menjadikan Pancasila sebagai ”milik bersama”. ungkapnya.
Menurut guru besar FISIP Universitas Wijaya kusuma Surabaya ,pancasila kita jadikan sebagai landasan moral yang objektif, yang menjadi milik semua komponen etnis dan agama yang ada diIndonesia.Menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran/mata kuliah tersendiri hanya akan mengisolasi Pancasila dari pelajaran-pelajaran lain. Untuk menjadikan Pancasila sebagai nilai yang objektif,ia harus merasuk ke dalam semua mata pelajaran/mata kuliah. Sebagai contoh, pelajaran agama harus diajarkan dalam perspektif Pancasila sehingga tak menimbulkan dikotomi antara keduanya. Begitu pun pada saat mengajarkan mata pelajaran yang lain.Setelah berhasil diobjektifikasi, disadari atau pun tidak, nilai-nila Pancasila akan terinternalisasi ke dalam jiwa anak didik/mahasiswa. Setelah menginternalisasi maka aktualisasi menjadi keniscayaan.
Karena setiap tindakan yang kita lakukan pada dasarnya merupakan proses aktualisasi dari apa yang terpikir dalam otak, dan terdetik dalam benak. Seseorang yang telah mengaktualisasikan Pancasila bisa diidentifikasi, pertama, jika beragama ia tidak eksklusif; menerima kebenaran agama-agama lain sebagai kenyataan yang harus dihormati sebagaimana ia merasa orang lain juga harus menghormati keyakinan agama yang dianutnya. Kedua, dalam politik ia tidak rasis dan mementingkan kepentingan rakyat di atas segalanya karena ia merupakan mandataris rakyat. Ia diberikan kewenangan oleh rakyat untuk memajukan dan mensejahterahkan rakyat. Ketiga, jika ia penegak hukum maka ia akan menegakkannya dengan adil, tidak berpihak pada kekuasaan dan uang. Pedang keadilan yang dipegangnya tidak tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Ia berprinsip keadilan harus ditegakkan walau langit akan runtuh. Selain ketiga hal itu, last but not least, dimana pun berada ia akan bisa menempatkan diri secara proporsional dan senantiasa menjadi teledan bagi sesamanya.

Eko Marhaeniyanto, Ir., MP : Bangsa ini tidak Punya masa depan

14.13 Edit This 1 Comment »
Bangsa ini tidak punya masa depan jika model pendidikan yang diterapkan pada generasi penerusnya tetap seperti sekarang. Hal ini diungkapkan Eko Marhaeniyanto, Ir., MP , Selaku Kepala Badan Penjamin mutu ( BPM) UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI MALANG ( UNITRI ) Di Ruang kerja.
Model pendidikan yang sekarang diterapkan pemerintah dan banyak diterapkan di sekolah-sekolah, kata Eko , membuat generasi penerus bangsa ini jadi konsumtif dan penonton di tengah proses pembangunan. Ini terlihat dengan minimnya budaya membaca.

Padahal budaya membaca adalah pangkal dari budaya belajar. “Maraknya permainan dunia maya yang begitu canggih dan suguhan video porno di masyarakat karena budaya membaca makin rendah, sebaliknya, budaya menonton yang makin marak. Padahal proses pembelajaran dimulai dari membaca, kemudian menulis, lalu praktik,” ujarnya ( 14/5).

Untuk itu sangat penting mengembangkan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan karakter, mestinya melekat dalam pendidikan. Namun yang terjadi kini, pendidikan karakter dilepaskan dari pendidikan. “Pendidikan hanya berorientasi pada unsur akademik saja, bukan karakternya,” kata dia.

Pendidikan harus mengembangkan karakter, misalnya tanggungjawab, kejujuran, toleran, dan disiplin. Nilai-nilai ini juga harus dipraktikkan para guru agar bisa jadi contoh buat siswanya.

Agar tidak terlanjur, Eko merekomendasikan beberapa hal, diantaranya : tidak mengagung-agungkan evaluasi belajar secara akademik. Pada sisi lain pendidikan karakter juga dikembangkan di dalam dan luar kelas. Cara lainnya, mengembangkan budaya baca yang dilanjutkan dengan budaya tulis dan mempraktikkan apa yang dibaca dan ditulisnya..

Dalam hal ini, keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk membangun pendidikan karakter manusia. Ahmad Hudori (ah/hd)

Jatim Rekomendasikan Perubahn UN

13.18 Edit This 0 Comments »
Suara Perubahan, ZAINUDIN MALIKI Ketua Dewan Pendidikan Jatim mengatakan dari evaluasi Ujian Nasional (UN) SMP dan SMA masih ditemukan sejumlah kecurangan yang dilakukan siswa bahkan kepala sekolah.

Orientasinya, kata ZAINUDIN seperti dilaporkan Ahmad reporter Suara Perubahan , Senin (02/04), hanya sekedar mengejar skor tes. Sehingga melakukan cara-cara yang tidak benar dan mengabaikan proses bagaimana nilai itu diperoleh.

Dewan Pendidikan Jatim membuat rekomendasi pada pemerintah untuk mereformasi UN. Yakni, tidak lagi menjadikan UN sebagai penentu kelulusan siswa tapi hanya untuk memetakan kualitas pendidikan sebagai wujud akuntabilitas pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan.

Menurut ZAINUDIN, akar masalah UN harus dibenahi. Kalau tidak, orientasi sekolah masih mengejar skor tes mengabaikan proses bagaimana nilai diperoleh sehingga nilai dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar.

Mengapa mereka mau melakukan ? Anak didik tidak mau usahanya selama 3 tahun gagal hanya waktu beberapa hari saat UN. Pikiran-pikiran inilah yg mendorong jalan pintas kecurangan UN.

Akar masalah, ungkap ZAINUDIN, harus dibenahi. Kalau tidak akan terus dibayangi kecurangan. Jalan keluarnya reformasi sistem UN.

UN adalah amanah UU Sisdiknas tapi hanya untuk memetakan, banch marking wujud akuntabilitas pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. UN diukur untuk ketuntasan belajar siswa untuk semua mata pelajaran. diukur dengan kompetensi bukan skor tes, bukan hanya melalui UN. (Ah/dk)

PHK, Momok Bagi Buruh

13.09 Edit This 1 Comment »
Momok Bagi Buruh, Hindari PHK !


PHK merupakan momok bagi setiap pekerja di sektor apapun. Sebab itu, PHK harus sedapat mungkin dihindarkan.

Lembaga tripartit yang mewadahi aspirasi pekerja, pengusaha dan Pemerintah diharapkan dapat berfungsi maksimal. Perselihan yang menyangkut nasib buruh dan perusahaan dapat diselesaikan dengan baik sehingga tidak sampai terjadi PHK.

Pernyataan Presiden ini disampaikan Presiden dalam memperingati hari buruh sedunia bersama karyawan PT Keramik Kemenangan dan Danon Aqua di kawasan Putri Bogor, Minggu (01/05).

Tentang tuntutan buruh, tingginya eskalasi buruh kontrak dan rendahnya jaminan sosial bagi buruh, Ppresiden mengatakan Pemerintah serius memperhatikan tuntutan itu dan berusaha memenuhinya sesuai kemampuan.

Karena itu, Presiden berharap ada kerjasama yang baik antara karyawan dengan perusahan dalam memenuhi hak dan kewajiban.

Dilaporkan JOSE reporter Suara Surabaya, Minggu (01/05), peringatan hari buruh diakhiri makan bersama makan nasi kotak yang menunjukkan tidak adanya perbedaan antara Presiden dan buruh.(jos/git)

Generasi yang terbuang

12.59 Edit This 2 Comments »
Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat. Kelompok-kelompok sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang pada mulanya hanya dari beberapa orang saja kemudian mulai berkembang menjadi suatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.


Salah satu dari kelompok tersebut yang akan kita bahas adalah kelompok “Punk”, yang terlintas dalam benak kita bagaimana kelompok tersebut yaitu dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan potongan ke atas deng...an anting-anting. Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas sendiri. “Punk” hanya aliran tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya, akan kembali lagi ke masing-masing individu. Motto dari anak-anak “Punk” itu tersebut, Equality (persamaan hak) itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung didalamnya. “Punk” sendiri lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik “Punk” dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup “Punk”..

“Punk” yang berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup “Punk” ternyata membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan. Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri”
Jumlah anak “Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang Mohawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak “Punk” yang anti sosial.
Anak “Punk”, mereka kebanyakan di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah masyarakat Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.
Gaya “Punk” merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif. Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak “Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’ seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak “Punk” adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.



Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” banyak yang mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang lain yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.

Mari kaum muda kita rapatkan barisan tuk melawan kapitalisme.otoriter.pembodohan.penindasan.
Dan sistem-simtem yg merugikan kaum umat manusia d negri ini

Peranan Mahasiswa terhadap pemerintah

21.05 Edit This 0 Comments »
Akhir-akhir ini nama mahasiswa sering muncul di pemberitaan media. Akan tetapi kebanyakan pemberitaan tersebut mengarah pada kejelekan mahasiswa, contohnya saja seperti tawuran, demo yang berakhir ricuh, anarkisme para mahasiswa, dan lain sebagainya. Hal itu sangat mencoreng citra para mahasiswa di mata masyarakat. Sebenarnya mahasiswa itu mempunyai suatu peranan penting dalam suatu kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Apalagi dalam menanggulangi kondisi Negara rebublik Indonesia atau RI seperti saat ini. Tapi apa sih peranan mahasiswa itu??.

Sebelum kita membahas tentang peran mahasiswa tehadap kondisi negara RI, sebaiknya kita lebih dahulu melihat kondisi negara kita saat ini. Kondisi negara RI saat ini sudah sangat memprihatinkan, contohnya di pemerintahan saat ini banyak pejabat kita yang melakukan korupsi, terjadi suap menyuap antar antar institusi pemerintahan, dan lain sebagainya. Di bidang keamanan, saat ini banyak terjadi perampokan, ancaman terorisme, konflik di perbatasan Indonesia, perang antar suku. Dan hal-hal lainnya, misalnya bencana kian silih terjadi di seluruh pelosok negeri. Dan masih banyak hal lainnya yang mungkin belum saya ketahui. Nah, dalam kondisi negara yang sedang kacau ini peran mahasiswa sangat diperlukan.

Mahasiswa dapat diartikan terdiri dari dua kata yaitu Maha dan Siswa, maha artinya tinggi sedangkan siswa dapat disebut juga pelajar. Dengan kata lain mahasiswa yaitu sebutan bagi pelajar dalam tingkatan paling tinggi yang menuntut ilmu di dalam lingkungan sekolah yang disebut universitas. Namun tidak banyak orang yang bisa merasakan menjadi seorang mahasiswa, karena tingginya biaya kuliah. Yang menyebabkan sulitnya mereka yang mempunyai ekonomi rendah untuk bisa mengenyam bangku perkuliahan.

Dalam menanggapi peranan mahasiswa dalam menganggulangi kondisi RI, sebenarnya banyak sekali peran yang dapat dilakukan. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa, baik sebagai pelopor, penggerak bahkan sebagai pengambil keputusan. Mahasiswa itu mempunyai pemikiran yang kritis terhadap masalah yang ada disekitar, mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat, dan bisa juga memperjuangkan aspirasi masyarakat. Secara umum peran mahasiswa antara lain, sebagai penyampai kebenaran, sebagai agen perubahan, dan yang paling utama sebagai generasi penerus bangsa.

Mahasiswa dituntut supaya bisa mengikuti perkembangan zaman, mempunyai sikap kritis terhadap lingkungan, mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi, dan masih banyak lainnya. Kita sebagai mahasiswa jangan hanya sekedar menjadi pelajar, tetapi kita harus bisa mengembangkan potensi diri kita, mengembangkan jiwa sosial, dan juga kemampuan softskill dan hardskill. Dan yang paling utama yaitu mahasiswa harus bisa membawa negara ini kedalam perubahan yang lebih baik.

UNAS SANGAT DI TAKUTI BAGI SISWA

20.36 Edit This 0 Comments »

Oleh Ahmad Hudori
Jurusan Ilmu komunikasi

Mendekati waktu pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ketegangan yang dirasakan oleh para peserta sudah mulai terasa. Sekolah pun mengadakan doa bersama dan istighosah untuk mengurangi ketegangan yang dialami oleh siswanya. Ketegangan yang dirasakan siswa sebelum UN membuat siswa mengalami ketakutan dan beban pikiran serta mental sehingga membuat anggapan bahwa UN adalah momok yang menakutkan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Muhammad Abduhzen mengatakan, tekanan psikis kepada anak yang akan menghadapi ujian nasional berasal dari pusat dengan syarat kelulusan yang diberikan.
"Pemerintah menekan kepala daerah, kepala daerah ke dinas dan ke kepala sekolah mengharuskan mereka (siswa) harus lulus berapa persen," ujarnya.
Dengan syarat-syarat kelulusan tertentu itulah, kata Abduhzen, ujian nasional menjadi takut bagi daerah, dan sekolah untuk mengejar target yang dipatok pusat. Menurutnya, sekolah memiliki beban apabila presentase kelulusannya rendah. "Kalau rendah, mereka merasa gagal meningkatkan pendidikan daerahnya," ujarnya.
Akibatnya, kata dia, untuk mencapai target tersebut, sekolah kerap melakukan rekayasa. Sebab, untuk mencapai presentase yang tinggi, daerah mengalami kesulitant. "Sementara ada disparitas kelulusan di daerah-daerah. Persentase kelulusan harusnya juga bervariasi," jelas dia.
Tahun ini pemerintah memakai formulasi baru kelulusan siswa. Formulasi tersebut merupakan penggabungan nilai ujian nasional dengan nilai sekolah yang terdiri dari nilai rata-rata ujian akhir sekolah. Standar nilai kelulusan yang harus dicapai siswa adalah 5,5.
Komisi Nasional Perlindungan Anak menilai Ujian Nasional yang diselengjian nasional teror psikis pemerintah pada anak," ujar Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak, Kamis 14 April 2011.
Komnas mendesak ujian nasional harusnya hanya untuk menentukan nilai sekolah bukan nilai kelulusan siswa, dikarenakan ada ketimpangan pendidikan antara sekolah di kota besar dan di daerah. "Sekolah saat ini hanya sekedar tempat bimbingan belajar. Sekolah harusnya menjadi tempat yang menyenangkan," ujarnya.
Ia mengatakan, kalau UN terus dilakukan maka Negara melakukan teror terhadap siswa dan melanggar undang undang tentang perlindungan anak soal kekerasan psikis, mental dan emosi."Belajar harusnya lebih fokus sesuai minat dan bakat siswa," ujarnya.
Komnas sendiri mengkritisi adanya Istigosah massal setiap kali menjelang ujian nasional. Sebab, kata dia, sekolah, siswa dan orang tua siswa ikut stres dengan adanya ujian nasional. Apalagi pelaksanaa UN juga di pantau oleh kepolisian. "Format UN yang di klaim baru oleh pemerintah tidak ada bedanya. Kelulusan tetap ditentukan oleh 120 menit."
Muhamad Abduhzen Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pengurus Besar Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) mengatakan, nilai ujian nasional tetap menentukan kelulusan siswa walaupun 40 persen nilai UN diambil dari nilai sekolah. Tapi, kata dia, hal itu tidak akan signifikan menaikan nilai siswa."Ujian nasional tahun ini signifikasi ketidaklulusannya akan tinggi," katanya.
Untuk itu, kata dia, PGRI mendesak pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan tidak terpaku pada nilai kelulusan siswa. Adanya ujian nasional menjadi hidden curiculum dan menimbulkan mental korup karena adanya kecurangan bersama. "UN ini kacau, karena mencapur adukan antara pementaan mutu dan hasil belajar."
Karena itu, kata dia, PGRI mendesak agar ujian nasional tahun 2011 harus menjadi ujian nasional terakhir. Dengan adanya ujian nasional, kata Abduhzen, siswa kelas tiga selama satu semester hanya melakukan kegiatan uji coba (try out) menjawab soal ujian nasional."Itu tidak baik dan buruk," katanya.
Untuk diketahui, sebanyak 10,4 juta siswa dari seluruh jenjang pendidikan akan segera menghadapi UN. Pelaksanaan UN Tahun Pelajaran 2010/2011 jenjang SMA/MA/SMK akan digelar pada 18-21 April ini. Adapun pelaksanaan UN SMP/MTs akan digelar pada 25-28 April.

SHOCK TERAPI UJIAN NASIONAL

20.23 Edit This 0 Comments »
Oleh Ahmad Hudori
Jurusan Ilmu komunikasi

Salah satu argumen pemerintah untuk mempertahankan penyelenggaraan Ujian Nasional adalah memberikan Shock Terapi kepada kepada pelajar untuk meningkatkan hasil belajar dan prestasi akademik. Sudah menjadi pengetahuan umum kalau budaya bangsa kita tergolong malas kerja dan malas juga belajar. Sangat sedikit anak sekolah yang rajin dan giat belajar untuk menguasai materi pelajaran di sekolah. Pada sisi lain sarana-prasarana pembelajaran di sekolah masih minim, dan metode serta strategi pendekatan dan iklim belajar yang ada di dunia pendidikan nasional kita juga masih mengundang banyak kritikan untuk harus diperbaiki.Perlu inovasi dalam penyelenggaraan Ujian Nasional
Melalui proses Ujian Nasional dengan standard Angka Kelulusan yang ditetapkan pada angka tertentu oleh pemerintah (Menteri Pendidikan Nasional), membuat peserta didik, orang tua siswa, dan para pendidik dan tenaga kependidikan merasa tertantang dan ada yang khawatir (shock) karena takut tidak lulus ujian nasional. Efeknya terlihat jelas, menjelang ujian nasional, berbagai aktivitas bimbingan belajar ramai dikunjungi oleh pelajar.
Akan tetapi aktivitas belajar yang ekstra keras tersebut belum melahirkan hasil yang sepenuhnya diharapkan oleh siswa dan orang tua siswa. Selalu saja ada anak, orang tua siswa dan pendidik dan tenaga kependidikan yang kecewa karena tidak lulus Ujian Nasional. Ada anak yang tidak lulus karena secara real tingkat pengetahuannya sangat rendah, dan ada pula yang tidak lulus karena factor lain, misalnya faktor psikologis dan faktor kesehatan. Selain ketidak lulusan, ada pula cerita lain yang mengiringi proses penyelenggaraan Ujian Nasional setiap tahunnya, yakni faktor penyelenggaraannya. Kebocoran tes/ soal dan kunci jawaban, contek alias chating, ada juga guru yang mengajari peserta ujian, memberikan kunci jawaban, dan lain-lain. Semua perlu ada suatu pengawas agar tidak terjadi kecurangan dan kebocoran soal Ujian Nasional.

Hancurnanya hati wakil rakyat yang suka jadi penjahat rakyat

10.23 Edit This 0 Comments »
Oleh Anak jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2008
Ahmaddk@ymail.com
seklumit tentang pembangunan gedung DPR yang mengurat habis uang rakyat
Seperti tidak pernah mendengar lagi suara dan teriakan rakyat, yang menolak pembangunan gedung baru DPR yang akan menghabiskan dana Rp 1,138 triliun.

Padahal, mayoritas rakyat menolak pembangunan gedung baru itu. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh berbagai media menunjukkan mayoritas rakyat menolak pembangunan gedung DPR yang baru.

Sebelumnya APBN telah menganggarkan untuk revovasi 497 rumah dinas di komplek DPR Kalibata yang menghabiskan dana Rp 445 miliar. Padahalnya DPR juga sudah melakukan renovasi gedung DPR 24 lantai tahun 2008, yang menghabiskan dana Rp 33,34 miliar. DPR juga telah membangun pagar gedung yang menghabiskan dana Rp 2,1 miliar.

Mayoritas Fraksi di DPR semuanya tidak ada yang keberatan pembangunan gedung baru. Karena, memang sejak dari awal, pembangunan gedung baru sudah menjadi keputusan semua fraksi, dan tidak ada satupun yang menolak. Bahkan, Wakil Ketua DPR Anis Mata, dari FPKS, meminta agar tetap dilanjutkan pembangunan gedung baru itu. Sekarang sebagaian fraksi hanya meminta agar pembangunan itu ditunda, bukan dibatalkan pembangunannya.

Fasilitas-fasilitas yang diinginkan oleh anggota dewan itu pemerintah terus meluluskannya. Karena memang pemerintah sekarang pilar kekuasaannya adalah partai politik, maka pemerintah seperti disandera oleh partai politik, dan tidak dapat berkutik. Setiap kehendak dan keinginan partai politik selalu diluluskannya. Tidak ada yang ditolak, yang berkaitan dengan kepentingan mereka.

DPR karena memiliki kewenangan menentukan anggaran (budget), dan ini sebagai wujud dari salah satu kewenangan dari DPR, yang menentukan anggaran. Tidak sulit menentukan anggaran dan mengalokasikannya untuk kepentingan mereka. Termasuk pembangunan gedung baru, yang sebenarnya tidak ada urgensinya.

Belum lagi beban-beban yang haru dipikul pemerintah lewat anggaran yang sangat berat di saat sedang mengalami krisis seperti sekarang ini, DPR bukan ingin mengurangi beban anggaran (APBN), tetapi juga terus membebaninya. Termasuk melakukan kunjungan ke luar negeri, atau melakukan studin banding, yang mengeluarkan dana puluhan miliar, setiap kali pergi ke luar negeri.

Di tengah-tengah bencana yang silih berganti, dan minimnya dana tanggap darurat yang disediakan pemerintah lewat APBN untuk mengatasi bencana, yang sering terjadi, seperti yang di Aceh dan Sumatera Utara, tetapi DPR yang merupakan wakil rakyat, menghabiskan dana-dana APBN hanya untuk kepentingan dirinya, seperti membangun gedung baru.

Lantas di mana hati nurani mereka itu? Adakah mereka masih merupakan wakil rakyat atau mereka itu wakil dirinya sendiri, yang tidak memiliki relasi dengan rakyat.

ANTARA PERUBAHAN DAN SIKAP SOSIAL

20.26 Edit This 3 Comments »
ANTARA PERUBAHAN DAN SIKAP SOSIAL

Oleh : Ahamd hudori

Kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya, adat dan agama menjadi lebih super-majemuk manakala dilihat dari tingkat pemahaman agamanya. Karena pemahaman agama melibatkan latar belakang dan intelektual. Masyarakat Indonesia hampir memiliki seluruh lapisan latar belakang dan intelektual. Mulai sebutan awam dan cendikiawan, ,pinggiran dan penguasa, kaum alit dan elit, serta sebuatan-sebutan lain yang menggambarkan strata sekaligus status mereka. Dengan pluralitas semacam ini meniscayakan adanya tingkatan-tingkatan pemahaman terhadap agama mereka. Pada skala tertentu heterogenitas ini dapat menjadi persoalan yang komplek namun produktif tetapi juga stabil namun kontra produktif. Kompleksitasnya mampu menggerakkan secara dinamis perubahan-perubahan dalam pemahaman keagamaan. Kontraproduktifnya tercipta dari penekanan-penekanan terhadap maasyarakat yang kadar intelektualnya rendah, sehingga pemahaman mereka terpola dan stabil namun tidak menguntungkan, karena adanya dominasi. Tidak terjadi dinamisasi pemahaman, sehingga masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan nya.

Pemahaman agama memiliki implikasi yang sangat luas terhadap kehidupan masyarakat penganutnya. Agama sebagai motivator relagius, Weber menyebutnya innerworldly asceticism, yakni merupakan dasar bagi semangat enterpreuneurship dikalangan masyarakat protestan Sebagaimana fungsi Iman dalam Islam, kepercayaan (belief/iman) dalam hati (bil qolbi) menuntut pengejawantahan dalam kehidupan, baik ucapan (bil lisan) dan perbuatan (taqrir). Bagaimana ia memahami konsep agamana dapat diindikasikan dari interaksi pemeluknya terhadap prilaku sosialnya. Demikian juga pemaknaan terhadap perubahan sosial yang mungkin selalu terjadi benturan terhadap pemaknaan simbol-simbol agama – sebagai bentuk responsibility – yang ia fahami menjadi cerminan tingkat pemahaman agamanya.

Sebagai frame of life – Istilah Muslim AR : blue-print – agama praktis menjadi kontrol dari perjalanan hidup pemeluknya, bahkan terhadap setiap perubahan sosial yang ada. Nilai tersebut secara simultan memberi kontribusi aktif terhadap prilaku masyarakat. Perbedaan pemahaman agama antara Kaum Katolik dan Protestan membawa dampak hidup yang berbeda pula. Kaum protestan lebih bersemangat menjalankan kehidupan duniawinya akibat pemaham aktivitas sosial in majorem gloriam dei (semua demi kemuliaan Tuhan) ( Max Weber, 2000). Sebenarnya bertolak dari sini, pemahaman keagamaan harus selalu berpacu dengan perubahan sosial, karena juga tidak ada batasan bagaimana konsep agama itu harus difahamkan secara stagnan. Justru agama harus menjadi motor perubahan (spirit of change) yang mendahului segala perubahan. Bukan sebaliknya, agama menjadi justifikasi dan legistimasi perubahan, agama hanya datang belakangan. Tentu saja ini tergantung pada tingkat pemahaman pemeluknya terhadap agamanya masing-masing.

Perubahan pemahaman agama dapat pula dilihat dari pemaknaan simbol-simbol agama dalam suatu komunitas terhadap makna universal simbol-simbol tersebut. Dimana setiap agama memilki sistem credo dan sistem ritus (Endang Saifuddin Anshari, MA, 1987) yang harus difahami oleh pemeluknya bukan sekedar keyakinan dan gerakan formalitas, tetapi memiliki konsep religius dari bentuk komunikasi antara hamba dengan Tuhannya. Pemahaman yang demikian di Indonesia telah “berubah” – jika tidak dapat dikatakan dirubah secara tersetruktur dan sengaja – pada takaran tertentu sistem credo dan ritus hanya sebagai simbolisasi dari kerukunan umat beragama. Pendirian berbagai rumah ibadat dalam satu lokasi bukan lagi simbol fungsionalisasi meningkatkan penghayatan sistem akidah dan ritual, melainkan simbol kebersamaan dan keharmonisan – bahkan kebersamaan dan keharmonisan itu sendiri juga hanya sebatas simbol – dari pluralitas keagamaan di Indonesia agar terlihat senyatanya suatu kerukunan umat beragama.

MENGHORMATI HIDUP SESAMA :

SEBUAH PARADIGMA PEMBINAAN HIDUP BERAGAMA

Paradigma yang dikembangkan pada masa Orde Baru adalah kerukunan itu selalu difahamkan identik dengan bersama (kebersamaan). Misalnya dengan membangun sarana ibadah dalam lokasi yang sama, perlakuan yang sama, bahkan yang lebih berbahaya adalah memaksa agar masyarakat memahami bahwa semua agama itu sama. Sampai pada penekanan agar masing-masing umat beragama selalu datang pada setiap upacara yang dilakukan oleh umat beragama lain.

Dengan istilah kerukunan umat beragama atau antar umat beragama maupun antara pemeluk agama, kerukunan hidup beragama di Indonesia masih bersifat retorik dan gramatik. Sehingga keuatannya hanya sebatas bahasa dan kata-kata. Padahal ada hal penting dan subtansial yang seharusnya dikedepankan untuk menjamin kelangsungan kerukunan hidup beragama lebih lenggeng. Pertama, yaitu dengan mengaktualisasikan pemahaman keagamaan masing-masing secara fasih dan fundamental, terlepas dari kepentingan politik dan kekuasaan. Independensi pemahaman ini sangat penting, karena akan berdampak lebih lama dan kuat.

Kedua, kita harus percayakan kepada masing-masing agama untuk memahami konsepnya tentang hubungan antar sesama manusia secara luas, bukan terkotak pada satu tema kerukunan hidup beragama. Akibatnya justru akan mempersempit arti kerukunan itu sendiri. Jika konsep Islam tidak memperbolehkan umatnya untuk bersama-sama melakukan ritual agama lain, maka ini adalah suatu kenyataan pemahaman keagamaan yang harus dihormati, bukan sebagai bentuk ketidak-harmonisan. Penghormatan terhadap agama lain, bukan berarti kita harus terlibat dan melebur dengan ajaran atau ritual agama lain. Justru ini merupakan bentuk koersi spiritual.

Ketiga, para pemimpin agama harus membuat jarak dengan penguasa agar tidak menjadi alat kekuasaan dengan mengekploitasi kepercayaan dan kahrisma terhadap umatnya. Sebagaimana menyangkut dua posisi pememimpin agama, yaitu: Pertama,,pengakuan kepemimpinan oleh umatnya. Kedua, adalah pengakuan kepemimpinan pleh pemimpin lain, (Ahmad Hudori, I.kom 2010

Awas generasi Doraemon

14.04 Edit This 0 Comments »
“AWAS GENERASI DORAEMON”
Jangan memandang Indonesia seperti Indonesia masa dulu setelah awal merdeka . Penilaian awal bangsa Indonesia itu merupakan bangsa yang pintar, inovatif, kreatif, bisa bersosialisasi dengan baik mungkin sekarang ini sudah tidak relevan lagi, karena generasi Indonesia dulu dan sekarang ini berbeda sepeti bumi dan langit. Jika kita melihat semangat dan keulatan Indonesia dulu adalah semangat dan keuletan seorang Pahlawan bangsa , maka anak muda sekarang ini adalah seorang pemalas dan perias.
Sekelumit kehidupan pemuda kalau saya perhatikan dan cermati dalam kehidupan malam. Dentam musik bersahut-sahutan muncul dari deretan kafe-kafe di sepanjang kota metropolitan . Lampu-lampu berkerejap menyinari Alun-alun yang padat oleh manusia. Rambut dicat warna hijau, merah atau emas (warna blonde tergolong normal di Indonesia ). Bibir disaput lipstik ungu atau hitam. Dengan baju yang membalut tubuh ala kadarnya, sejumlah perempuan muda berjalan tertatih-tatih dengan sepatu berbentuk bakiak yang tinggi haknya sekitar 10 hingga 15 cm. Yang pria juga dandanannya tak kalah aneh. Mereka mirip geng-geng punk rock di Inggris yang menjamur di era tahun 1970-an.
Rambut botak atau mencuat seperti landak, jaket kulit berpaku lengkap dengan rantai dan anting-anting. Banyak yang sudah memprediksikan generasi modern sekarang ini justru semakin sulit untuk menembus masuk daftar sebagai generasi masa depan bangsa indonesia. Sejarah yang sulit untuk dapat dicapai lagi. Semangat patriotismae semakin lama semakin memudar. Timbul wajah dan ideologi pragmatisme yang semakin lama semakin menggrogoti kekuatan dan akar sejarah dalam periode-periode ke depan jika tidak ada revolusi budaya atau semacam restorasi budaya seperti para pemimpin lakukan pada awal kebangkitan dulu.
Remaja sangat perias melebihi wanita, dan wanitanya semakin berani dalam berpakaian menentang pada budaya berkeluarga, tidak mau baju sopan . Sudah ada kecendrungan bagi anak muda Indonesia yang meninggalkan orang tuanya, yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya dan memasukkan orang tuanya ke panti werda/ jompo yang. Hal ini sangat wajar karena hubungan emosional menjadi rusak karena orang tua masa kemerdekaan menghabiskan waktu di pekerjaan dan perusahaan. Mereka menciptakan kondisi pada anaknya hanya dengan hanya sekedar materi.
Generasi muda sekarang mengalami degradasi rasa hormat terhadap sejarah dan masa lalu Indonesia . Mereka merasa masa lalu justru membuat masuk dalam kondisi yang memalukan, bahkan ada kelompok yang jelas-jelas ingin merubah identitas Indonesia menjadi Indonesia yangbaru. Bayangkan pada dua dekade lalu. Prototipe generasi muda Indonesia identik dengan pelajar berseragam yang terkantuk-kantuk di kereta karena baru selesai mengikuti cram school hingga larut malam. Mereka patuh pada orangtua, hormat pada guru, dan bercita-cita tinggi: masuk universitas terkenal, diterima menjadi pegawai negeri atau menjadi karyawan perusahaan swasta terkemuka. sekarang justru benci sekolah, apalagi sekolah sampai perguruan tinggi. Kini mimpi para orangtua di tentang anak-anak yang manis dan patuh, mulai memudar. Selama tiga tahun terakhir, kenakalan remaja di Indonesia terus meningkat.
Generasi muda saat ini sangat dimanjakan orangtua dan keadaan. Mereka tidak pernah memikirkan kesulitan. Orangtua memenuhi dan melayani semua keinginan mereka. Banyak di antara mereka yang mendapat uang jajan lebih. Membahas generasi muda Indonesia sekarang mungkin akan tepat jika kita gambarkan seperti kisah Doraemon karya Fujiko F. Fujio yang mengisahkan kehidupan seorang anak pemalas Nobi Nobita yang berteman dengan sebuah robot kecil yang bernama Doraemon. Nobita yang pemalas dan manja ini selalu ingin mendapatkan segala hal yang dia impikan hanya dengan usaha Doraemon.
Memimpikan apapun akan dikabulkan dan diberi oleh Doraemon tanpa usaha dan kerja keras. Doraeomon juga menciptakan baling-baling yang dapat membawa kemana saja Nobita dengan mudah, segala macam alat diciptakan agar empunya bahagia. Segalanya dapat dicapai tanpa kerja keras.Memang seperti itulah generasi muda Indonesia saat ini. Mereka akan selalu meminta kepada orang tuanya apa yang mereka inginkan tanpa usaha keras, dan orang tua yang merasa dulunya sangat susah dan tidak ingin kesengsaraan masa lalunya hingga ke anaknya menjadi Doraemon seperti yang di kisahkan oleh Fujiko. secara psikologis memang terkait dengan mental generasi muda saat ini yang mengalami degradasi moral dan spirit jika dibandingkan dari generasi masa lalunya.
Pemuda adalah generasi penerus bangsa. Keabsahan slogan ini tidak terbantahkan karena mau tidak mau, sanggup atau tidak sanggup, pemudalah yang akan menggantikan kedudukan generasi-generasi sebelumnya dalam membangun bangsa. Selain itu, pemuda sudah sepantasnyalah menjadi agent of change, pembawa perubahan, yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, lebih bersatu, lebih makmur, lebih demokratis, dan lebih madani. Inilah kira-kira peran pemuda yang seharusnya dapat diwujudkan bersama.
Menilik sejarah, pada awal abad ke-20 Indonesia diwarnai oleh pergerakan kebangsaan yang tidak lain dimotori oleh para pemuda pada zaman itu. Sejarah mencatat Budi Utomo sebagai organisasi pertama yang mengubah watak pergerakan perlawanan, yang semula bersifat kedaerahan menjadi bersifat kebangsaan. Bangsa Indonesia disadarkan bahwa untuk dapat mencapai kemerdekaan, seharusnnya ada persatuan dan perasaan senasib yang melandasi perlawanan terhadap penjajah.
Setelah dipelopori Budi Utomo sebagai organisasi kebangsaan pertama. Banyak sebab yang menjadi pemicu lunturnya semangat kebangsaan yang merupakan warisan para pendahulu Republik ini. Salah satunya adalah kejenuhan para pemuda dalam memandang wacana kebangsaan yang dikumandangkan elite polotik kita. Mereka melihat tidak adanya figur teladan yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi perbaikan keadaan bangsa.Selain itu, sebab lainnya adalah tidak adanya kepercayaan dari golongan tua kepada golongan muda untuk mengadakan transfer ilmu, pengalaman dan kewenangan. Banyak kaum muda yang merasa bahwa kemampuan mereka dalam suatu bidang kurang bisa ditampilkan secara maksimal oleh karena tidak adanya kesempatan untuk menduduki posisi yang penting dalam menentukan kebijakan di negeri ini.
Sebagian besar elit politik kita masih memegang paradigma lama yang kurang menghargai profesionalisme dan lebih mementingkan koneksi. Sebagian besar pemuda, putra-putri terbaik bangsa yang berprestasi dan kemudian mendapat beasiswa ke luar negeri merasa bingung ketika lulus.
Mereka dihadapkan kepada pilihan bekerja di luar negeri dan hidup sejahtera atau pulang ke Indonesia dan hidup seadanya (kalau tidak ingin disebut menderita). Hal ini karena minimnya penghargaan (terutama dalam bentuk gaji) negara terhadap profesional ini. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang memilih untuk bekerja di luar negeri dan lupa berkontribusi terhadap negara.
Dihadapkan pada masalah tersebut, kita seyogianya dapat memandang secara arif bijaksana untuk kemudian menyelesaikannya. Sudah saatnya kita memiliki figur elit politik yang benar-benar mampu berkontribusi secara nyata-tidak sekedar wacana-terhadap proses perbaikan bangsa dan yang sadar akan pentingnya regenerasi, sehingga lebih memberkian tempat bagi kaum muda untuk dapat berperan sesuai kompetensinya dalam menentukan arah kebijakan negara.
Dari sudut pandang pemuda, seharusnya pemuda lebih mengetahui perannya sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik. Pemuda harus lebih memupuk rasa cinta tanah airnya dan meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kapasitasnya, sehingga mampu untuk memperbaiki keadaan bangsa, mewujudkan cita-cita besar sumpah pemuda sesuai kompetensinya masing-masing. Dari contoh kasus beasiswa ke luar negeri yang diterima sebagian pelajar kita misalnya, belajar dari China jepang, australia, Amerika dll.
Seharusnya ketika lulus mereka mencari pengalaman terlabih dahulu di perusahaan luar negeri. Baru setelah merasa cukup berpengalaman, mereka pulang untuk berkontribusi membangun Indonesia sesuai kompetensinya masing-masing. Untuk itu, perlu kesiapan dari para generasi tua untuk mengubah paradigma berpikir dan kemudian memberi kewenangan kepada generasi muda untuk berkarya. Selain itu, negara kita harus memiliki kebijakan yang berorientasi pada kemajuan pendidikan dan riset. Karena dari segi itulah kaum muda dapat berperan
Malang, 17-4-2011
Penulis

Ahmad Hudori